- Home »
- renungan - segelas susu
Unknown
On Minggu, 09 Juni 2013
Suatu
hari seorang anak laki- laki miskin yang bekerja sebagai pedagang
asongan dalam kompleks perumahan kehabisan uang. Dia sangat lapar. Dia
akan meminta makanan pada rumah berikut yang ditemuinya. Akan tetapi dia
kehilangan keberanian ketika seorang perempuan muda istri seorang
pejabat membuka pintu. Anak tersebut tidak jadi meminta makanan , ia
hanya meminta segelas air. Si ibu muda melihat kondisi anak tersebut
jatuh kasihan. Ia berpikir "Pastilah anak ini lapar sekali". Kemudian
ibu itu masuk kedalam lalu keluar lagi sambil membawa segelas besar
susu.
Anak laki-laki tersebut minum dengan lahapnya dan bertanya "Berapa saya
harus membayar untuk segelas susu ini" ?.Lalu si ibu menjawab; "Kamu
tidak perlu membayar apa-apa, orang tua kami mengajarkan untuk tidak
menerima bayaran ketika melakukan suatu kebaikan " ujarnya.
Sambil menghabiskan susunya si anak berkata dalam hati: "Dari lubuk
hatiku yang paling dalam, aku sangat simpati pada ibu yang baik hati
ini, ia tidak sombong sekalipun ia orang kaya dan istri pejabat "
Beberapa tahun kemudian ibu muda ini (yang kini dah beranjak lanjut
usia) mengalami sakit yang parah dan kritis. Ia mengalami komplikasi
berbagai macam penyakit. Dia berobat di balai pengobatan daerah yang ada
dikota tersebut. Tapi tidak ada kemajuan, balai pengobatan tidak
sanggup mengobatinya. Atas saran keluarga ia dipindahkan ke RSU
Pemerintah tapi tetap saja tidak dapat mengobati penyakit komplikasinya.
Dengan menjual barang- barang yang tersisa dan bantuan dari teman-teman
sesama janda pensiunan akhirnya ibu ini dikirim untuk berobat ke
Ibukota karena mereka mendengar di ibukota ada seorang dokter ahli yang
bisa mengobati penyakitnya.
Sesampai di rumah sakit ibukota si Ibu dikirim ke Dr Shobur Ali untuk
dilakukan pemeriksaan. Ketika dokter membaca riwayat penyakit dan kota
asal wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata dokter
tersebut. Dokter lansung berdiri dan menuju kamar tempat wanita tersebut
dirawat. Dengan sekali pandang saja dia dapat mengenali wanita
tersebut.
Dr Shobur Ali kembali keruang konsultasi. Dia lansung melakukan medhical chek-up total dan terapi medis lainnya. Pasien tersebut ditangani langsung oleh sang dokter. Dia bertekad untuk mengobati penyakit sang Ibu , "Pokoknya ibu ini harus sembuh" (dengan izin Allah tentunya) begitu obsesi si dokter. Mulai hari itu si ibu yang tergolek lemah menjadi perhatian penuh si dokter yang diobatinya dengan kasih sayang yang tulus. Sampai bulan ketiga wanita tersebut dengan izin Allah benar- benar sembuh.
Dr Shobur Ali meminta bagian keuangan untuk mengirimkan seluruh tagihan rumah sakit ke mejanya untuk memberikan persetujuan. Lalu dokter menuliskan catatan dibagian atas kertas. Dokter itu memperhatikan dengan tagihan ini si ibu tidak akan sanggup membayarnya walaupun di cicil seumur hidup. Dari cerita si ibu dia mengetahui kalau dia sudah tidak punya apa-apa lagi. Usaha yang di rintis suaminya ketika pensiun bangkrut akibat di tipu relasi bisnisnya. Inilah yang menyebabkan ia jatuh miskin dengan seorang anak yang juga pengangguran. Tagihan rumah sakit akhirnya sampai ketangan si ibu yang malang ini.
Dengan hati was-was si ibu memberanikan diri untuk membuka lembaran tagihan. Disitu tertera semua tagihan selama dia dirawat di rumah sakit. Suatu tagihan yang sangat besar.Tapi.. .. Pada bagian pojok atas kertas ada suatu catatan yang menarik perhatiannya. Di situ tertulis "SUDAH DIBAYAR LUNAS DENGAN SEGELAS BESAR SUSU" Tertanda Dr Shobur Ali"
Dr Shobur Ali kembali keruang konsultasi. Dia lansung melakukan medhical chek-up total dan terapi medis lainnya. Pasien tersebut ditangani langsung oleh sang dokter. Dia bertekad untuk mengobati penyakit sang Ibu , "Pokoknya ibu ini harus sembuh" (dengan izin Allah tentunya) begitu obsesi si dokter. Mulai hari itu si ibu yang tergolek lemah menjadi perhatian penuh si dokter yang diobatinya dengan kasih sayang yang tulus. Sampai bulan ketiga wanita tersebut dengan izin Allah benar- benar sembuh.
Dr Shobur Ali meminta bagian keuangan untuk mengirimkan seluruh tagihan rumah sakit ke mejanya untuk memberikan persetujuan. Lalu dokter menuliskan catatan dibagian atas kertas. Dokter itu memperhatikan dengan tagihan ini si ibu tidak akan sanggup membayarnya walaupun di cicil seumur hidup. Dari cerita si ibu dia mengetahui kalau dia sudah tidak punya apa-apa lagi. Usaha yang di rintis suaminya ketika pensiun bangkrut akibat di tipu relasi bisnisnya. Inilah yang menyebabkan ia jatuh miskin dengan seorang anak yang juga pengangguran. Tagihan rumah sakit akhirnya sampai ketangan si ibu yang malang ini.
Dengan hati was-was si ibu memberanikan diri untuk membuka lembaran tagihan. Disitu tertera semua tagihan selama dia dirawat di rumah sakit. Suatu tagihan yang sangat besar.Tapi.. .. Pada bagian pojok atas kertas ada suatu catatan yang menarik perhatiannya. Di situ tertulis "SUDAH DIBAYAR LUNAS DENGAN SEGELAS BESAR SUSU" Tertanda Dr Shobur Ali"
****
Ingatlah perbuatan baik yang pernah dilakukan orang lain kepadamu. Tapi jangan pernah mengingat-ingat perbuatan baik apa yang pernah kita lakukan.
Memberi memang lebih indah daripada menerima. Memberi merupakan wujud kerendahan hati kita dihadapan sang pencipta. Memberi berarti melakukan inisiatif pertama tanpa mengharapkan balasannya, karena apa yang telah dilakukannya telah diperhitungkan oleh sang pencipta sebagai bagian dari kasih dan amal terhadap sesama.
Kini dari apa yang kita miliki saat ini sudah saatnya kita bagikan pada orang lain.Bukankah apa yang kita miliki saat ini sebagian adalah milik orang-orang yang memerlukannya? yang seharusnya kita berikan? Mari kita memberi, karena perbedaan pengertian antara hemat dan pelit hanya dibatasi oleh selaput yang sangat tipis .Selamat memberi...
Memberi memang lebih indah daripada menerima. Memberi merupakan wujud kerendahan hati kita dihadapan sang pencipta. Memberi berarti melakukan inisiatif pertama tanpa mengharapkan balasannya, karena apa yang telah dilakukannya telah diperhitungkan oleh sang pencipta sebagai bagian dari kasih dan amal terhadap sesama.
Kini dari apa yang kita miliki saat ini sudah saatnya kita bagikan pada orang lain.Bukankah apa yang kita miliki saat ini sebagian adalah milik orang-orang yang memerlukannya? yang seharusnya kita berikan? Mari kita memberi, karena perbedaan pengertian antara hemat dan pelit hanya dibatasi oleh selaput yang sangat tipis .Selamat memberi...
Posting Komentar