- Home »
- Fungsi Pendidikan Agama
Unknown
On Selasa, 21 Mei 2013
Fungsi
Pendidikan Agama
Terutama Agama Islam
oleh Bagus Sukma
Agama sangatlah penting dalam kehidupan
manusia. Demikian pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga diakui
atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama dan sangat
dibutuhkanya agama oleh manusia. Tidak saja di massa premitif dulu sewaktu ilmu
pengetahuan belum berkembang tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu
dan teknologi telah demikian maju.
Sebagaimana
halnya dengan dasar dan tujuan Pendidikan Agama Islam, maka fungsi yang
dikehendaki dalam pengajaran dan pendidikan agama Islam tidak pula terlepas
dari fungsi pendidikan nasional.
Manfaat
mempelajari ilmu agama yang utama yaitu selamat baik didunia maupun diakhirat,
kita menjadi lebih mengenal secara dalam ajaran islam, takut
melakukan perbuatan yang dilarang allah, selalu ingat kepada Allah sehingga
selalu menjalankan perintah allah dan menjauhi larangan allah.
Dalam
Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Bab II
pasal 3 dijelaskan bahwa : “Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu dan. martabat manusia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional” (2003: 42)
Dengan demikian
dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama Islam sebagai sub sistem pendidikan
nasional berfungsi untuk membentuk manusia Indonesia yang bermutu dan
bermartabat, khususnya dari sektor keagamaan, yaitu manusia yang menjunjung
tinggi nilai-nilai keagamaan dan keimanan yang berkualitas terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Selain itu berfungsi mengarahkan para mahasiswa untuk menjadi warga
masyarakat dan negara yang baik serta bertanggung jawab terhadap pelestarian
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, asas-asas pembangunan nasional serta
pelestarian modal dasar pembangunan nasional yang merupakan keseluruhan sumber
kekuatan nasional baik yang efektif maupun potensial, yang dimiliki dan
didayagunakan bangsa Indonesia dalam pembangunan nasional.
Untuk
mengoperasionalkan fungsi-fungsi Pendidikan Agama Islam yang masih dalam bentuk
normatif dan ideal tersebut di atas, maka dalam pengimplementasiannya
dirumuskan fungsi-fungsi yang lebih aplikatif dalam bentuk kompetensi.
Maka kompetensi
Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi adalah untuk mengantarkan mahasiswa
agar:
a.
Menguasai
ajaran agama Islam dan mampu menjadikannya sebagai sumber nilai dan pedoman
serta landasan berfikir dan berprilaku dalam menerapkan ilmu dan profesi yang
dikuasainya.
b.
Menjadi “intellectual
capital” yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., berakhlak mulia dan
berkepribadian Islami.
Demikian
kompetensi Pendidikan Agama Islam yang menjadi asas dalam usaha pendidikan
agama Islam di perguruan tinggi yang pada prinsipnya bermuara kepada upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional dan tujuan akhir pendidikan Islam.
Selain itu,
dalam hal fungsi M. Arifin yang dikutip oleh Nur Uhbiyanti (1998: 18)
mengemukakan pendapatnya, bahwa Pendidikan sebagai usaha membentuk pibadi
manusia harus melalui proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang
tidak dapat diketahui dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang
dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatnya. Dalam proses pembentukan
tersebut diperlukan suatu perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan
pandangan dan pikiran-pikiran atau teori yang tepat, sehingga kegagalan atau
kesalahan-kesalahan langkah pembentuknya terhadap anak didik dapat dihindarkan.
Oleh karena itu, lapangan tugas dan sasaran pendidikan adalah makhluk yang
sedang tumbuh dan berkembang yang mengandung berbagai kemungkinan. Bila kita
salah membentuk, maka kita akan sulit memperbaikinya.
Pendidikan
Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai agama Islam disamping
menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga
mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai
Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara
paedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik kepada arah
kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya. Oleh karena itu, usaha
ikhtiariah tersebut tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan atas trial and
error (coba-coba) atau atas dasar keinginan dan kemauan pendidik tanpa
dilandasi dengan teori-teori kependidikan yang dapat dipertanggungjawabkan
secara paedagogis.
Islam sebagai
agama wahyu yang dturunkan oleh Allah dengan tujuan untuk mensejahterakan dan
membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat, baru dapat
mempunyai arti fungsional dan aktual dalam diri manusia bilamana dikembangkan
melalui proses kependidikan yang sistematis. Oleh karena itu, teori-teori
pendidikan Islam yang disusun secara sistematis merupakan kompas bagi proses
tersebut.
Bila kita
mengkaji ruang lingkup kependidikan Islam, mencakup segala bidang kehidupan
manusia di dunia dimana manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat menanam
benih-benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti. Maka pembetukan
sikap dan nilai-nilai amaliah dalam pribadi manusia baru dapat efektif
bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah
ilmu pengetahuan kependidikan.
Selain itu
juga, pendidikan agama Islam memberikan bahan-bahan informasi tentang
pelakasanaan Pendidikan Islam tersebut. Ia memberikan bahan masukan yang berupa
(Input) kepada ilmu ini, mekanisme proses kependidikan Islam dari
segi operasional dapat dipersamakan dengan proses mekanisme yang berasal dari
penerimaan in put (bahan masukan), lalu di proses dalam kegiatan pendidikan
(dalam bentuk kelembagaan atau nonkelembagaan yang disebut-truput).
Kemudian berakhir pada output (hasil yang yang diharapkan). Dari hasil
yang diharapkan itu timbul umpan balik (feed back) yang
mengoreksi bahan masukan (input). Mekanisme proses semacam ini
berlangsung terus selama proses kependidikan terjadi. Semakin banyak diperoleh
bahan masukan (input) dari pengalaman operasional itu, maka semakin
berkembang pula pendidikan agama Islam.
Di samping itu
juga, pendidikan agama Islam mengoreksi (korektor) terhadap kekurangan
teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan Islam itu sendiri. Sehingga kemungkinan
pertemuan antara teori dan praktek smakin dekat, dan hubungan antara keduanya
semakin bersifat interaktif (saling mempengaruhi).
Dengan
memperhatikan hal tersebut di atas, maka pendidikan agama Islam perlu
dipelajari setiap Muslim, sebab fungsi pendidikan agama Islam adalah
menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tercapai
dan berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan
yang bersifat struktural dan institusional.
Dalam hal ini
Asnelly (1995: 13) mengungkapkan bahwa Pendidikan Islam berfungsi sebagai
sarana atau alat untuk menyelamatkan manusia dari siksaan api neraka.
Dari uraian di
atas, fungsi Pendidikan Agama Islam, yaitu mengarahkan Pendidikan Islam agar
dapat mencapai tujuan dari hidup seorang Muslim yakni berserah diri
sepenuhnya kepada Allah, memberikan usaha-usaha pemupukan nilai-nilai luhur
Islam terhadap kehidupan seorang Muslim dan yang paling penting adalah fungsi
pendidikan agama Islam adalah membimbing, mengarahkan dan menuntun pendidik dan
peserta didik agar selalu berpedoman kepada dasar pendidikan Islam, yakni
Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Selain itu
sebagai bukti, fungsi pendidikan agama islam. Agama merupakan sumber moral
Manusia sangatlah memerlukan akhlaq atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri.
Manusia sangatlah memerlukan akhlaq atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri.
Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi dihiraukan. Ini namanya sudah maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin machiavelli “tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa saja kemudian bangsa dan negara hancur binasa.
Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan “bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak telah lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”.
W.M. Dixo dalam “The Human Situation” menulis “ Agama betul atau
salah dengan ajarannya percaya kepada Tuhan dan kehidupan akherat yang akan
datang, adalah dalam keseluruhannya kalau tidak satu-satunya peling sedikit
kita boleh percaya, merupakan dasar yang paling kecil bagi moral”.
Dari tulisan W.M. Dixon di atas ini dapat diketahui bahwa agama merupakan sumber dan dasar (paling kuat) bagi moral, karena agama menganjurkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akherat. Pendapat Dixon ini memang betul. Kalau orang betul beriman bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan yang ada itu maha mengetahui kepada tiap orang sesuai dengan amal yang dikerjakannya, maka keimanan seperti ini merupakan sumber yang tidak kering-keringnya bagi moral. Itulah sebabnya ditegaskan oleh Rasulullah Saw. Yang artinya : ”Orang mukmin yang paling sempurna imanya ialah orang mukmin yang paling baik akhlaqnya” (Riwayat Tirmizi)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, karena agama bersumber dari agama. Dan agama menjadi sumber moral, karena agama menganjurkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akherat, dan selain itu karena adanya perintah dan larangan dalam agama.
Agama merupakan petunjuk kebenaran
Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah apa yang bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan menjadi tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal, dengan ilmu dan dengan filsafatnya ingin mengetahui dan mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain juga untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah kebenaran.
Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah apa yang bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan menjadi tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal, dengan ilmu dan dengan filsafatnya ingin mengetahui dan mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain juga untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah kebenaran.
Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika
Prof Arnoid Toynbee memperkuat pernyataan yang demikian ini. Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan ini tabir rahasia alam semesta juga ingin di singkap oleh manusia. Dalam bukunya “An Historian’s Aproach to religion” dia menulis, “ Tidak ada satu jiwapun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantantangan-rangsangan untuk memikirkan rahasia alam semesta”.
Prof Arnoid Toynbee memperkuat pernyataan yang demikian ini. Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan ini tabir rahasia alam semesta juga ingin di singkap oleh manusia. Dalam bukunya “An Historian’s Aproach to religion” dia menulis, “ Tidak ada satu jiwapun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantantangan-rangsangan untuk memikirkan rahasia alam semesta”.
Agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka
maupun di kala duka
Hidup manusia di dunia yang pana ini kadang-kadang suka tapi kadang-kadang juga duka. Maklumlah dunia bukanlah surga, tetapi juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya kegembiraan yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang terjadi. Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari suka dan duka yang silih berganti.
Hidup manusia di dunia yang pana ini kadang-kadang suka tapi kadang-kadang juga duka. Maklumlah dunia bukanlah surga, tetapi juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya kegembiraan yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang terjadi. Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari suka dan duka yang silih berganti.
Firman Allah Swt yang artinya : “Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, dan engkau kami coba dengan yang buruk dan dengan yang baik sebagai ujian” (al-Ambiya, 35).
Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini. Misalnya dikala suka, orang mabuk kepayang da lupa daratan. Bermacam karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi malah membuat manusia jahat. (Shaleh, 2005: 45)
Fungsi pendidikan Islam, dijelaskan dalam Al-Qur'an
surat Al Baqarah ayat 151:
“Sebagaimana kami telah mengutus kepada kamu sekalian
seorang rasul diantara kau yang membacakan ayat-ayat kami kepadamu, menyucikan
mu, mengajarkan al-Kitab, dan al-hikmah, dan mengajarkan kepadamu yang belum
kamu ketahui"
(QS. Al-Baqarah : 151).
Dari ayat di atas ada lima 5 fungsi pendidikan yang
dibawa Nabi Muhammad, yang dijelaskan dalam tafsir al-Manar karangan Muhammad
Abduh :
a. Membacakan ayat-ayat kami,
(ayat-ayat Allah) ialah membacakan ayat-ayat dengan tidak tertulis dalam
al-Quran (al-Kauniyah), ayat-ayat tersebut tidak lain adalah alam
semesta. Dan isinya termasuk diri manusia sendiri sebagai mikro kosmos.
Dengan kemampuan membaca ayat-ayat Allah wawasan seseorang semakin
luas dan mendalam, sehingga sampai pada kesadaran diri terhadap wujud zat Yang
Maha Pencipta (yaitu Allah).
b. Menyucikan diri merupakan efek
langsung dari pembacaan ayat-ayat Allah setelah mengkaji gejala-gejalanya serta
menangkap hukum-hukumnya. Yang dimaksud dengan penyucian diri menjauhkan diri
dari syirik (menyekutukan Allah) dan memelihara akhlaq al-karimah. Dengan
sikap dan perilaku demikian fitrah kemanusiaan manusia akan terpelihara.
c. Yang dimaksud mengajarkan
al-kitab ialah al-Quran al-karim yang secara eksplisit berisi tuntunan hidup.
Bagaimana manusia berhubungan dengan tuhan, dengan sesama manusia dan dengan
alam sekitarnya.
d. Hikmah, menurut Abduh adalah
hadits, akan tetapi kata al-hikmah diartikan lebih luas yaitu kebijaksanaan,
maka yang dimaksud ialah kebijaksanaan hidup berdasarkan nilai-nilai yang
datang dari Allah dan rasul-Nya. Walaupun manusia sudah memiliki kesadaran akan
perlunya nilai-nilai hidup, namun tanpa pedoman yang mutlak dari Allah,
nilai-nilai tersebut akan nisbi. Oleh karena itu, menurut Islam nilai-nilai
kemanusiaan harus disadarkan pada nilai-nilai Ilahi (al-Quran dan sunnah
Rasulullah).
e. Mengajarkan ilmu pengetahuan,
banyak ilmu pengetahuan yang belum terungkap, itulah sebabnya Nabi Muhammad
mengajarkan pada umatnya ilmu pengetahuan yang belum diketahui oleh umat
sebelumnya. Karena tugas utamanya adalah membangun akhlak al-Karimah.
Dengan mengembalikan kajian antropologi dan sosiologi ke dalam
perspektif al-Quran dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Islam
adalah :
- Mengembangkan wawasan yang
tepat dan benar mengenal jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai
kebesaran ilahi, sehingga tumbuh kemampuan membaca (analisis) fenomena
alam dan kehidupan serta memahami hukum-hukum yang terkandung didalamnya.
Dengan himbauan ini akan menumbuhkan kreativitas sebagai implementasi
identifikasi diri pada Tuhan "pencipta".
- Membebaskan manusia dari segala
analisis yang dapat merendahkan martabat manusia (fitrah manusia), baik
yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
- Mengembalikan
ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik individu
maupun sosial.
Pendidikan agama Islam untuk
sekolah / madrasah mempunyai beberapa fungsi. Fungsi tersebut adalah
garis-garis besar penjabaran dari fungsi pendidikan agama Islam.
Adapun fungsi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Fungsi Pengembangan,
yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT. yang
telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama – tama
kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua
dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam
diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
2.
Fungsi Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.
3.
Fungsi Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya
sesuai dengan ajaran agama Islam.
- Fungsi Perbaikan,
yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan
kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan
pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Fungsi Pencegahan,
yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya
lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju
manusia seutuhnya.
- Fungsi Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara
umum (alam nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
- Fungsi Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang
memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya
sendiri dan bagi orang lain.
Fungsi lain
dari pendidikan agama Islam lainnya adalah sebagai berikut:
- Konvensional, yaitu PAI
digunakan untuk meningkatkan komitmen dan perilaku keberagamaan peserta
didik.
- Neo Konvensional, yaitu PAI
digunakan untuk meningkatkan keberagamaan peserta didik sesuai dengan
keyakinannya.
- Konvensional Tersembunyi. Dalam
hal ini Pendidikan agama Islam mengemban fungsi menawarkan sejumlah
pilihan ajaran agama dengan harapan siswa nantinya akan memilih agama
Islam untuk dijadikan pegangan hidup.
- Implisit. Yaitu mengenalkan
kepada peserta didik ajaran agama Islam secara terpadu dengan seluruh
aspek kehidupan melalui berbagai subyek pelajaran.
- Non Konvensional. Dalam hal ini
pendidikan agama Islam digunakan sebagai alat untuk memahami keyakinan
atau pandangan hidup orang lain. (Chabib Thoha dkk, 1999: 6-9).
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan
untuk mengaplikasikan fungsi pendidikan agama
Islam dalam bentuk praksis. Feisal berpendapat bahwa
fungsi pendidikan agama Islam di sekolah dapat diupayakan dalam beberapa model
berikut:
- Pendekatan nilai universal
(makro) yaitu suatu program yang dijabarkan dalam kurikulum.
- Pendekatan meso, artinya
pendekatan program pendidikan yang memiliki kurikulum, sehingga dapat
memberikan informasi dan kompetisi pada anak.
- Pendekatan ekso, artinya
pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kebijakan pada
anak untuk membudidayakan nilai agama Islam.
- Pendekatan makro,artinya
pendekatan program pendidikan yang memberikan kemampuan kecukupan
keterampilan seseorang sebagai profesional yang mampu mengemukakan ilmu
teori, informasi, yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Posting Komentar